Penyakit Tuberkulosis (TB/TBC)

Penyakit TB adalah suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TB dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja.
1. Penyebab Penyakit TB
Penyakit TB disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa, Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh seseorang yang bernama Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882
2. Cara Penularan TB
Penularan penyakit TB adalah melalui udara yang tercemar oleh Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TB saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TB. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru.
Berkembangnya penyakit TB di Indonesia ini tidak lain berkaitan dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Hal ini juga tentunya mendapat pengaruh besar dari daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

3. Gejala Penyakit TB
Gejala penyakit TB digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus.
a. Gejala umum (Sistemik)
• Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam.
• Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
• Penurunan nafsu makan dan berat badan.
• Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
• Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala khusus (Khas)
• Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
• Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
• Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
• Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
4. Pencegahan TB
• Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
• Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TB maka harus segera diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.
• Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
• Pencegahan terhadap penyakit TB dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
• Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.
5. Pengobatan Penyakit TB
Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.
Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang lebih baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik darah, sputum/dahak, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun obat-obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai pengobatan dasar bagi penderita TB, namun karena adanya kemungkinan resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal ‘Triple Drug’.
6. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Keluarga dan Penderita TB
• Pasien agar memeriksakan diri secara teratur ke puskesmas atau rumah sakit
• Ketekunan dan keteraturan minum obat akan meringankan biaya pengobatan dan mempercepat penyembuhan
• Jika penderita batuk sebaiknya menutup mulut.
• Jangan meludah di sembarang tempat, sebaiknya ludah dibuang ke wadah yang telah diisi larutan pembunuh kuman
• Ingatkan penderita untuk selalu minum obat sesuai anjuran
• Bawa penderita untuk kontrol kembali sesuai waktu yang telah ditetapkan
• Istirahat yang cukup
• Penderita dianjurkan untuk makan secara teratur dengan menu tinggi kalori dan protein dalam porsi cukup

Hepatitis B Dalam Kehamilan

        Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh “Virus Hepatitis B” , suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai “serum hepatitis” dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia. Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.

DIAGNOSIS
Virus hepatitis B (HBV) adalah virus DNA rantai ganda yang merupakan penyebab hepatitis akut pada kehamilan yang paling sering. Masa inkubasi dari waktu terpapar sampai muncul gejala adalah 6 minggu sampai 6 bulan. Di Amerika Serikat sebagian besar infeksi terjadi akibat hubungan seksual. Penyakit ini dapat terjadi dalam bentuk akut, subklinis dan kronik. Hepatiti B akut mempuyai gejala klinis yang hampir sama dengan hepatitis A akut. HBV ditemukan pada darah, cairan semen, air liur, air susu ibu, dan cairan amnion. Penyakit ini menular melalui hubungan seksual, penggunaan obat jarum suntik yang terkontaminasi, akupuntur, tato dan transfusi darah. 1,2,3,5,9Sekitar setengah infeksi HBV akut adalah simptomatik pada orang dewasa dimana 1% kasus menjadi gagal hati akut dan mati. Seseorang dengan infeksi akut memperlihatkan gambaran kehilangan nafsu makan, mual, muntah, panas, sakit perut dan ikterus. 3,5,9Karateristik serologi hepatitis B adalah kompleks tapi telah diketahui dengan baik. Antigen permukaan virus (HBsAg) dapat dideteksi dengan cepat setelah terjadi infeksi, meninggi dalam serum pada permulaan penyakit, dan tidak terdeteksi pada kebanyakan kasus selama beberapa minggu setelah masa penyembuhan. Jika HBsAg tetap ada setelah 6 bulan, dipertimbangkan bahwa penderita menjadi chronic carrier dari antigen. 1,3,5,9,10Segera setelah antigen permukaan terdeteksi, antibodi terhadap inti protein virus terbentuk (HBcAb) dan umumnya antibodi ini tetap ada untuk seumur hidup. Antibodi terhadap antigen permukaan (HBsAb) tidak terdeteksi setelah beberapa minggu sesudah resolusi HBsAg. Antigen E (HBeAg) muncul dalam serum segera setelah HBsAg dan, setelah kira-kira 2 minggu menghilang, diikuti dengan munculnya antibodi terhadap antigen E (HBeAb). Antibodi ini berhubungan erat dengan aktivitas polimerase DNA dalam inti virus dan menandakan tingginya resiko terinfeksi. Munculnya HbeAb maternal berhubungan dengan kira-kira 90% resiko transmisi perinatal. 1,3,5,9,10

Pengaruh Hepatitis B Terhadap Janin/Neonatus
3,5 % Resiko keseluruhan dari infeksi neonatal kira-kira 75% jika ibu terinfeksi pada trimester ketiga atau masa nifas ; dan resiko ini jauh lebih rendah (5-10%) jika ibu terinfeksi pada awal kehamilan. Sebagian besar infeksi pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi saat persalinan dan kelahiran atau melalui kontak ibu bayi, daripada secara transplasental. Walaupun sebagian besar bayi-bayi menunjukkan tanda infeksi ikterus ringan, mereka cenderung menjadi carrier. Status carrier ini dipertimbangkan akan menjadi sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler. Infeksi kronik terjadi kira-kira 90% pada bayi yang terinfeksi, 60% pada anak < 5 tahun dan 2%-6% pada dewasa. Diantaranya, seseorang dengan infeksi kronik HBV, resiko kematian dari sirosis dan karsinoma hepatoselular adalah 15% – 25%. Infeksi HBV bukan merupakan agen teratogenik. Bagaimanapun, terdapat insidens berat lahir rendah yang lebih tinggi diantara bayi-bayi dengan ibu yang menderita infeksi akut selama hamil. Pada satu penelitian hepatitis akut maternal (tipe B atau non-B) tidak mempengaruhi insidens dari malformasi kongenital, lahir mati, abortus, atau malnutrisi intrauterin. Tetapi, hepatitis akut menyebabkan peningkatan insidens prematuritas
Penanganan AntepartumMendapat kombinasi antibodi pasif (immunoglobulin) dan imunisasi aktif vaksin hept B, Tidak minum alkohol, Menghindari obat-obatan yang hepatotoksis seperti asetaminofen yang dapat, Memperburuk kerusakan hati, Tidak mendonor darah, bagian tubuh dan jaringan, Tidak menggunakan alat pribadi yang dapat berdarah dengan orang lain, Menginformasikan pada Dokter Anak, Kandungan Kebidanan dan perawat bahwa mereka carrier hepatitis B, Memastikan bahwa bayi mereka mendapat vaksin hepatitis B waktu lahir, umur 1 bulan, an 6 bulan , Kontrol sedikitnya setahun sekali ke dokter pribadi, Mendiskusikan resiko penularan dengan pasangan mereka dan mendiskusikan pentingnya konseling dan pemeriksaan
 
PersalinanWalaupun persalinan secara seksio sesarea sudah dianjurkan dalam arti untuk penurunan transmisi HBV dari ibu ke anak, jenis persalinan ini tidak berarti secara bermakna dapat menghentikan transmisi HBV. Tetapi seksio sesarea sangat disarankan oleh Centers for Disease Control (CDC) dan American College of Obstetricians and Ginyecologists (ACOG).BayibarulahirBayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi (termasuk carrier HBsAg kronik) harus di terapi dengan kombinasi dari antibodi pasif (immunoglobulin) dan aktif imunisasi dengan vaksin hepatitisB.MenyusuiDengan imunoprofilaksis hepatitis yang sesuai, menyusui tidak memperlihatkan resiko tambahan untuk penularan dari carrier virus hepatitis B
Dibandingkan virus AIDS (HIV), virus Hepatitis B (HBV) seratus kali lebih ganas (infectious), dan sepuluh kali lebih banyak (sering) menularkan.Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN). Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5). Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktifitas kroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif. Sedangkan tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain.Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning. Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis
PENULARANHepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan jenis hepatitis lainnya. Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang dari semua golongan umur. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis B ini menular. Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan.Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama serta hubungan seksual dengan penderita.
Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima terkena reaktif Hepatitis, Sipilis terlebih-lebih HIV/AIDS. Sesungguhnya, tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti. Dari hasil pemeriksaan darah, dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan sekarang sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak menikah, tidak ada salahnya untuk memeriksakan pasangannya untuk menenularan penyakit ini.
PERAWATAN
Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan sel-sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada umumnya, sel-sel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan diet dan istirahat yang baik.[2]Hepatitis B akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi Hepatitis B kronik (menahun) dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Saat ini ada beberapa perawatan yang dapat dilakukan untuk Hepatitis B kronis yang dapat meningkatkan kesempatan bagi seorang penderita penyakit ini. Perawatannya tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan adefovir dan modulator sistem kebal seperti Interferon Alfa.
Selain itu, ada juga pengobatan tradisional yang dapat dilakukan. Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan Hepatitis, antara lain yaitu temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma longa), sambiloto (Andrographis paniculata), meniran (Phyllanthus urinaria), daun serut/mirten, jamur kayu/lingzhi (Ganoderma lucidum), akar alang-alang (Imperata cyllindrica), rumput mutiara (Hedyotis corymbosa), pegagan (Centella asiatica), buah kacapiring (Gardenia augusta), buah mengkudu (Morinda citrifolia), jombang (Taraxacum officinale).
Infeksi hepatits pada ibu hamil merupakan masalah yang serius. Infeksi hepatitis B ditularkan melalui cara horizontal yaitu melalui parenteral dengan terpapar darah, semen, sekresi vagina, saliva dan vertikal ibu ke janin. Penularan secara vertikal dapat melalui beberapa cara yaitu melaui plasenta, kontaminasi darah selama melahirkan, transmisi fekal-oral pada masa puerperium atau permulaan partus, transmisi melalui laktasi (Akbar,1996; Reinus,1999; Cunningham,2001).

PREVALENSI
HbsAg pada wanita hamil di perkotaan pada bangsa kulit putih non hispanik sebesar 0,60%, kulit hitam non hispanik 0,97 %, hispanik 0,14 % dan bangsa Asia 5,79 % (Euler, 2003).
Insiden batu empedu selama kehamilan meningkat. Pada suatu penelitian di Italia dengan pemeriksaan ultrasound didapatkan lebih dari 40 % wanita hamil mengidap batu empedu. Hal ini dihubungkan dengan hasil lithogenik peningkatan saturasi kolesterol dan penurunan asam deoksiribonukleik pada kandung empedu selama periode tingginya konsentrasi estrogen dan pengurangan fungsi pengosongan kandung empedu selama kehamilan (Tait, 1995).
Setiap tahun di Amerika Serikat diperkirakan 250.000 orang, terinfeksi virus Hepatitis B, tiga puluh lima ribu diantaranya anak-anak, sekitar 5.000 orang meninggal karenanya. Diseluruh dunia, 350 juta orang terinfeksi kronis, menyebabkan 1 sampai 2 juta kematian tiap tahunnya (Tucker, 1998).
Penularan perinatal dari ibu pengidap HBs Ag kepada anaknya merupakan jalur transmisi penting untuk terjadinya kronisitas infeksi.
Pada tinjauan kasus ini kami akan membahas penanganan seorang penderita Hepatitis B Akut dengan kehamilannya.

HiV AIDS

A. PENGERTIAN
· Virus HIV
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa.
· Penyakit AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV. Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.

B. Metode / Teknik Penularan dan Penyebaran Virus HIV AIDSDarahContoh : Tranfusi darah, terkena darah hiv+ pada kulit yang terluka, terkena darah menstruasi pada kulit yang terluka, jarum suntik, dsbCairan Semen, Air Mani, Sperma dan Peju PriaContoh : Laki-laki berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya, oral seks, dsb.Cairan Vagina pada PerempuanContoh : Wanita berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral seks, dll.Air Susu Ibu / ASIContoh : Bayi minum asi dari wanita hiv+, Laki-laki meminum susu asi pasangannya, dan lain sebagainya.
Cairan Tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ :- Air liur / air ludah / saliva- Feses / kotoran / tokai / bab / tinja- Air mata- Air keringat- Air seni / air kencing / air pipis / urin / urine


C. TES HIV
Tes HIV adalah suatu tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu dengan cara mendeteksi adanya antibody HIV di dalam sample darahnya. Hal ini perlu dilakukan setidaknya agar seseorang bisa mengetahui secara pasti status kesehatan dirinya, terutama menyangkut resiko dari perilakunya selama ini
Secara umum tes HIV juga berguna untuk mengetahui perkembangan kasus HIV/AIDS serta untuk meyakinkan bahwa darah untuk transfusi dan organ untuk transplantasi tidak terinfeksi HIV.

Tes HIV harus bersifat:
SUKARELA : artinya bahwa seseorang yang akan melakukan tes HIV haruslah berdasarkan atas kesadarannya sendiri, bukan atas paksaan / tekanan orang lain. Ini juga berarti bahwa dirinya setuju untuk dites setelah mengetahui hal-hal apa saja yang tercakup dalam tes itu, apa keuntungan dan kerugian dari testing, serta apa saja impilkasi dari hasil positif atau pun hasil negatif. RAHASIA : artinya, apa pun hasil tes ini nantinya (baik positif maupun negatif) hasilnya hanya boleh di beritahu langsung kepada orang yang bersangkutan. Tidak boleh diwakilkan kepada siapa pun, baik orang tua, pasangan, atasan atau siapapun.
Mengingat begitu pentingnya untuk memperhatikan Hak Asasi Manusia di dalam masalah tes HIV ini, maka untuk orang yang akan melakukan tes harus disediakan jasa konseling, yaitu :
1. Konseling pre-test :
yaitu konseling yang dilakukan sebelum darah seseorang yang menjalani tes itu diambil. Konseling ini sangat membantu seseorang untuk mengetahui risiko dari perilakunya selama ini, dan bagaimana nantinya bersikap setelah mengetahui hasil tes. Konseling pre-test juga bermanfaat untuk meyakinkan orang terhadap keputusan untuk melakukan tes atau tidak, serta mempersiapkan dirinya bila hasilnya nanti positif.
2. Konseling post-test :
Yaitu konseling yang harus diberikan setelah hasil tes diketahui, baik hasilnya positif mau pun negatif. Konseling post-test sangat penting untuk membantu mereka yang hasilnya HIV positif agar dapat mengethui cara menghidnari penularan pada orang lain, serta untuk bisa mengatasinya dan menjalin hidup secara positif. Bagi merek yang hasilnya HIV negatif, konseling post-test bermanfaat untuk memberitahu tentang cara-cara mencegah infeksi HIV di masa datang. Perlu diperhatikan bahwa proses konseling, testing dan hasil tes harus dirahasiakan.

Cara kerja tes
Jika seseorang terinfeksi oleh suatu virus, maka tubuhnya akan memproduksi antibodi untuk melawan infeksi tersebut. Antibodi ini diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh. Antibodi jauh lebih mudah dideteksi daripada virusnya.Sebagian besar tes antibodi HIV mendeteksi antibodi terhadap HIV dalam sample darah. Jika tidak ada antibodi yang terdeteksi, hasilnya adalah seronegatif atau HIV negatif. Sebaliknya, jika ada antibodi terhadap HIV, berarti hasilnya seropositif atau HIV positif.
Walaupun demikian, suatu tes bisa saja memberi hasil negatif bila orang yang dites baru saja terinfeksi. Hal ini dapat terjadi karena tubuh kita membutuhkan waktu beberapa minggu untuk mulai menghasilkan antibodi sejak terjadinya infeksi. Antibodi biasanya dapat dideteksi sekitar 3-8 minggu setelah terinfeksi, dan masa ini disebut periode jendela (window period). Dalam masa seperti ini, bisa saja seseorang mendapatkan hasil tes negatif karena antibodinya belum terbentuk sehingga belum dapat dideteksi , tapi ia sudah bis menularkan HIV pada orang lain lewat cara-cara yang sudah disebutkan terdahulu.

JENIS-JENIS TES HIV :
Berkembangnya teknologi pemeriksaan saat ini mengijinkan kita untuk mendeteksi HIV lebih dini. Beberapa pemeriksaan tersebut antara lain adalah :
Ø ELISA
ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay), tes ini mendeteksi antibodi yang dibuat tubuh terhadap virus HIV. Antibodi tersebut biasanya diproduksi mulai minggu ke 2, atau bahkan setelah minggu ke 12 setelah terpapar virus HIV. Kerena alasan inilah maka para ahli menganjurkan pemeriksaan ELISA dilakukan setelah minggu ke 12 sesudah melakukan aktivitas seksual berisiko tinggi atau tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi.
Tes ELISA dapat dilakukan dengan sampel darah vena, air liur, atau air kencing.
Saat ini telah tersedia Tes HIV Cepat (Rapid HIV Test). Pemeriksaan ini sangat mirip dengan ELISA. Ada dua macam cara yaitu menggunakan sampel darah jari dan air liur.
Hasil positif pada ELISA BELUM memastikan bahwa orang yang diperiksa telah terinfeksi HIV. Masih diperlukan pemeriksaan lain, yaitu Western Blot atau IFA, untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan ELISA ini. Jadi walaupun ELISA menunjukkan hasil positif, masih ada dua kemungkinan, orang tersebut sebenarnya tidak terinfeksi HIV atau betul-betul telah terinfeksi HIV.
Ø Western Blot
Sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi antibodi terhadap HIV. Western blot menjadi tes konfirmasi bagi ELISA karena pemeriksaan ini lebih sensitif dan lebih spesifik, sehingga kasus ‘yang tidak dapat disimpulkan’ sangat kecil. Walaupun demikian, pemeriksaan ini lebih sulit dan butuh keahlian lebih dalam melakukannya.
Ø IFA
IFA atau indirect fluorescent antibody juga meurupakan pemeriksaan konfirmasi ELISA positif. Seperti halnya dua pemeriksaan diatas, IFA juga mendeteksi antibodi terhadap HIV. Salah satu kekurangan dari pemeriksaan ini adalah biayanya sangat mahal.
Ø PCR Test
PCR atau polymerase chain reaction adalah uji yang memeriksa langsung keberadaan virus HIV di dalam darah. Tes ini dapat dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu setelah terpapar virus HIV. Tes ini sangat mahal dan memerlukan alat yang canggih. Oleh karena itu, biasanya hanya dilakukan jika uji antibodi diatas tidak memberikan hasil yang pasti. Selain itu, PCR test juga dilakukan secara rutin untuk uji penapisan (screening test) darah atau organ yang akan didonorkan.
Tes darah yang dilakukan biasanya menggunakan tes ELISA (enzyme linked immunosorbent assay) yang memiliki sensitivitas tinggi – namun spesifikasinya rendah. Bila pada saat tes ELISA hasilnya positif, maka harus dikonfirmasi dengan tes Western Blot, yaitu jenis tes yang mempunyai spesifikasi tinggi namun sensitivitasnya rendah. Karena sifat kedua tes ini berbeda, maka biasanya harus dipadukan untuk mendapatkan hasil yang akurat. Selain kedua jenis tes tadi, ada juga jenis tes lain yang mampu mendeteksi antigen (bagian dari virus), yaitu NAT (nucleic acid amplification technologies) dan PCR (polymerase chain reaction).

Kista Ovarium

Pengertian
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).
Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause, juga selama masa kehamilan.
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis, dan ovarium.
Kista ovarium ada yang bersifat jinak dan ganas (kanker). Biasanya kista yang berukuran kecil bersifat jinak. Kista ovarium sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan rutin.

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis kista ovarium antara lain:
1. Sering tanpa gejala.
2. Nyeri saat menstruasi.
3. Nyeri di perut bagian bawah.
4. Nyeri pada saat berhubungan badan.
5. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
6. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil dan/atau buang air besar.
7. Siklus menstruasi tidak teratur; bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.


Adapun manifestasi klinis kanker ovarium antara lain:
1. Perubahan menstruasi.
2. Rasa sakit atau sensasi nyeri saat bersenggama (dyspareunia).
3. Gangguan pencernaan yang menetap, seperti: kembung, mual.
4. Perubahan kebiasaan buang air besar, contoh: sukar buang air besar (= sembelit, konstipasi, obstipasi)
5. Perubahan berkemih, misalnya: sering kencing.
6. Perut membesar, salah satu cirinya adalah celana terasa sesak.
7. Kehilangan selera makan atau rasa cepat kenyang (perut terasa penuh).
8. Rasa mudah capek atau rasa selalu kurang tenaga.
9. Rasa nyeri pada (tulang) punggung bawah (Low back pain).
Penegakan Diagnosis
Diagnosis kista ovarium ditegakkan melalui pemeriksaan dengan ultrasonografi atau USG (abdomen atau transvaginal), kolposkopi screening, dan pemeriksaan darah (tumor marker atau petanda tumor).
Pemeriksaan Laboratorium
Di dalam praktek, jika diperlukan dokter kandungan akan menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan sekret (yang meliputi: Trichomonas, Candida/jamur, bakteri batang, bakteri kokus, epitel, lekosit, eritrosit, epitel, dan pH) dan hematologi, misalnya: Hb (Hemoglobin).
Dalam buku dr. Yuliana dijelaskan bahwa pada kista/tumor jinak, dapat digunakan Melia Propolis 5 x 15 tetes perhari, sampai 3 bulan. Setelah itu dilakukan lagi USG / scanning, bagaimana keadaan kista itu apakah mengecil, apakah jumlahnya berkurang, apakah ada kemajuan pengobatan?

DISFUNGSIONAL UTERINE BLEEDING (DUB)

I. Pengertian
DISFUNGSIONAL UTERINE BLEEDING Adalah perdarahan normal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus menstruasi, karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormone (ovum – indung telur – rahim) tanpa kelainan organ.

II. Gejala
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Kejadian sering pada manarke atau masa pre-menopause.

III. Faktor Penyebab
Sampai saat ini penyebab belum diketahui secara pasti, beberapa kondisi yang dilakukan dengan perdarahan rahim disitu , antara lain :
1. Kegemukan
2. Faktor kejiwaan
3. Alat kontrasepsi hormonal
4. Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine diyices)
5. Beberapa penyakit seperti :
a. Trombositopenia, kencing maniss
b. Tumor organ reproduksi, kista ovarium, infeksi vagina.


IV. Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosa langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan umum ditujukan untuk mengetahui berbagai kemungkinan penyebab terjadinya perdarahan rahim.
b. Pemeriksaan khusus menyingkirkan kemungkinan kelainan organ sebagai penyebab perdarahan abnormal, misalnya perlukan, polip leher rahim, infeksi abortus, tumor
c. Pemeriksaan organ reproduksi (ginekolosis)

V. Pengobatan
Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan kelainan organ, ternyata tidak ditemukan penyakit lainnya. Maka langkah selanjutnya adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan :
1. Menghentikan pendarahan
Langkah-langkah untuk menghentikan perdarahan
a. Kuret
b. Obat
1) Golongan estrogen
Pada umumnya dipakai estrogen alamiah karena relatif menguntungkan karena sudah membebani kinerja luar dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah.
2) Obat kombinasi
Diberikan secara bertahap jika perdarahan banyak.
3) Golongan progesteron
c. Mengatur menstruasi agar kembali normal
Setelah perdarahan berhenti langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi misalnya pemberian :
Golongan progesterone atau tablet diminum selama 10 hari
d. Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 85%

VI. Prakiran Hasil Pengobatan
Hasil pengobatan bergantung pada proses pergerakan penyakit (patofisiologis) :
1. Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat memberikan angka kesembuhan hingga 96%
2. Pada wanita mudah yang sebagian besar terjadi dalam siklus normal (anovulasi) dapat diobati dengan baik.
Nursing Care Plan
1. Nyeri akut ybd agen injuri fisik
Definisi :
Yaitu sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual/ potensial kerusakan jaringan menggambarkan adanya kerusakan, intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diprediksi dan durasi kurang dari 6 bulan.
Tujuan
a. Klien mampu mencapai level nyaman pada tanggal…
Indikator 1 2 3 4 5
1. Melaporkan secara fisik sehat
2. Melaporkan puas dapat mengontrol nyeri
3. Melaporkan secara psikologis baik
4. Mengekspresikan puas dengan fisiknya
5. Mengekspresikan puas dengan hubungan sosial
6. Mengekspresikan puas secara spiritual
7. Melaporkan puas dengan kemandiriannya
8. Puas terhadap kemampuan mengontrol nyeri

Keterangan :
1 = tidak pernah
2 = jarang
3 = kadang-kadang
4 = sering
5 = selalu
b. Klien mampu mengontrol nyeri pada tanggal…
Indikator 1 2 3 4 5
1. Mengenal faktor pencetus nyeri
2. Mengenal onset/ lama nyeri
3. Melakukan langkah pencegahan
4. Menggunakan pencegahan non invasif
5. Menggunakan analgetik yang sesuai
6. Melaporkan bila ada tanda awal nyeri
7. Melaporkan tanda-tanda nyeri
8. Menggunakan sumber-sumber yang ada

Keterangan :
1 = tidak pernah bisa melakukan
2 = jarang bisa melakukan
3 = kadang-kadang bisa melakukan
4 = sering bisa melakukan
5 = selalu dapat melakukan
c. Klien mampu menyebutkan efek mengganggu dari nyeri pada tanggal…
Indikator 1 2 3 4 5
1. Gangguan hubungan interpersonal
2. Gangguan penampilan/ aktivitas
3. Ketidaksesuaian bekerja yang diharapkan
4. Ketidaksesuaian kenyamanan hidup yang diinginkan
5. Ketidaksesuaian kontrol diri yang diharapkan
6. Gangguan emosi
7. Kehilangan kesabaran
8. Gangguan tidur
9. Kelemahan mobilitas fisik
10. Kelemahan perawatan diri
11. Kesulitan makan/ menelan
12. Gangguan eliminasi
13. Gangguan nafsu nafsu makan

Keterangan :
1 = sangat berat
2 = agak berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tidak ada
d. Klien mampu mengurangi level nyeri pada tanggal …
Indikator 1 2 3 4 5
1. Melaporkan nyeri
2. Bagian tubuh yang nyeri
3. Frekuensi nyeri
4. Lamanya serangan nyeri
5. Ekspresi wajah
6. Tonus otot
7. Keringat dingin

Keterangan :
1 = sangat berat
2 = agak berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tidak ada
Intervensi :
1. Observasi nyeri
2. Identifikasi penyebab nyeri hebat yang tidak turun
3. Anjurkan klien untuk melaporkan pengalaman dan metode menangani nyeri yang terakhir dilakukan
4. Berikan posisi yang nyaman bagi klien
5. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi rasa nyeri
6. Laksanakan terapi dokter untuk pemberian analgesic sesuai dosis

2. Risiko infeksi
Definisi :
Keadaan dimana terjadi peningkatan resiko terpapar mikroorganisme pathogen.
Tujuan :
a. Klien mampu mencegah status infeksi pada tanggal…
Indikator 1 2 3 4 5
1. Mengenal faktor pencetus nyeri
2. Nyeri saat berkemih
3. Demam
4. Nyeri
5. Menggigil/ kedinginan
6. Gangguan kognitif

Keterangan :
1 = sangat berat
2 = agak berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tidak ada
b. Klien mampu mencapai status kekebalan tubuh pada tanggal…
Indikator 1 2 3 4 5
1. Tidak ada infeksi berulang
2. BB dalam batas normal
3. Suhu tubuh DBN
4. Keutuhan kulit
5. Hitung jenis leukosit DBN

Keterangan :
1 = sangat tidak sesuai
2 = agak tidak sesuai
3 = kadang tidak sesuai
4 = jarang tidak sesuai
5 = sesuai
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi
2. Monitor dan catat pemeriksaan terutama leukosit
3. Lakukan semua tindakan invasive perawatan luka
4. Perawatan alat medis invasive dengan prinsip steril
5. Beri penjelasan pada klien dan keluarga cara pengontrolan
6. Infeksi termasuk cuci tangan, faktor resiko, cara mencegah infeksi
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic
3. Resiko kekurangan volume cairan
Definisi :
Resiko mengalami dehidrasi vaskuler, seluler dan intrasel
Faktor resiko :
– Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan (status hipermetabolik)
– Pengobatan deuritik
– Kehilangan cairan melalui jalur abnormal
– Kurangnya pengetahuan tentang volume cairan
– Banyaknya kehilangan cairan melalui jalur normal
– Usia lanjut
Tujuan :
Cairan intrasel dan ekstrasel dalam tubuh klien seimbang setelah perawatan pada tanggal…
Kriteria hasil :
Keseimbangan cairan
Indikator 1 2 3 4 5
1. TD IER
2. Tekanan
3. Arteri rata-rata IER
4. Tekanan vena sentral IER
5. BB stabil
6. Tidak ada edema, peridetal
7. Tidak terjadi kebisingan
8. Hidrasi kulit
9. Elektrolit serum DBN
10. Hematokrit DBN

IER = dalam tingkat nilai yang diharapkan
Keterangan :
1 = sangat dikompromi
2 = sering dikompromi
3 = kadang dikompromi
4 = jarang dikompromi
5 = tidak dapat dikompromi
Intervensi :
1. Manajemen elektrolit
• Monitor elektrolit sebelum abnormal
• Monitor manifestasi keseimbangan cairan
• Berikan cairan
• Pertahankan keakuratan intake dan output
• Berikan elektrolit tindakan tambahan (oral, NGT, 10) sesuai resep
• Ajarkan pasien dengan keluarga tentang tipe, penyebab, treamorit dalam keseimbangan cairan.
2. Manajemen cairan
• Naikkan masukan obat oral
3. Cairan intravena
• Berikan cairan IV temperatur ruang
• Monitor kelebihan cairan dan reaksi fisik

Anemia Defisiensi Besi (Fe)

1. Definisi Anemia Defisiensi Fe pada Ibu hamil
Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin didalam sirkulasi darah. Definisi anemia yang diterima secara umum adalah kadar Hb kurang dari 12 g/dl untuk wanita tidak hamil dan 11 g/dl untuk wanita hamil pada trimester pertama dan ketiga dan 10,5 g/dl pada trimester kedua. Anemia di golongkan menjadi anemia ringan jika Hb 9-10 g/dl, anemia sedang jika Hb 7-8 g/dl dan anemia berat jika Hb kurang dari 7 g/dl. Anemia defisiensi besi (ADB) adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam sel darah berada dibawah normal, yang disebabkan karena kekurangan zat besi.
2. Etiologi Anemia Defisiensi Fe Pada Ibu Hamil
Anemia defisiensi Fe disebabkan oleh beberapa hal antara lain hipervolemia yang terjadi pada saat kehamilan. Pada wanita hamil sehat volume darah meningkat 1,5 liter. Peningkatan volume tersebut terutama terjadi akibat peningkatan plasma bukan peningkatan jumlah sel eritrosit. Walaupun ada peningkatan jumlah eritrosit dalam sirkulasi yaitu sekitar 450 ml atau 33%, tetapi tidak seimbang dengan peningkatan volume plasma sehingga terjadi hemodelusi. Pada awalnya, volume plasma meningkat pesat dari usia gestasi sekitar 6 minggu, kemudian laju peningkatan melambat. Sementara eritrosit mulai meningkat pada trimester kedua dan lajunya memuncak pada trimester ketiga.
Hipervolemia yang diinduksi oleh kehamilan mempunyai beberapa fungsi penting antara lain; mengisi ruang vaskular di uterus, jaringan pembuluh di payudara, otot, ginjal dan kulit. Hipervolemia juga mengurangi efek pengeluaran hemoglobin pada persalinan. Penurunan kekentalan darah memperkecil resistensi terhadap aliran sehingga kerja jantung untuk mendorong darah menjadi lebih ringan. Faktor lain dari pengebab defisiensi Fe adalah meningkatnya kebutuhan Fe ibu hamil. Kandungan besi total pada wanita dewasa normal berkisar dari 2,0 – 2,5 g. Umumnya cadangan besi wanita normal sekitar 300 mg. Kebutuhan besi pada kehamilan normal sekitar 1000 mg. 300 mg secara aktif ditransfer ke janin dan plasenta dan sekitar 200 mg hilang sepanjang berbagai jalur ekskresi normal. Untuk penambahan rata-rata volume total eristrosit membutuhkan kira-kira 500 mg besi. Jumlah total 1000 mg jelas melebihi cadangan besi pada sebagian wanita. Anemia defisiensi besi bisa semakin diperberat dengan kurangnya asupan besi dalam makanan dan perdarahan.
3. Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan
dalam masa kehamilan terdapat pembentukan jaringan baru pada ibu dan jaringan konseptus (Janin, plasenta, selaput ketuban, dan jaringan lain), selain itu terjadi peningkatan metabolisme untuk mempertahankan jaringan yang tumbuh tersebut. Dengan meningkatnya metabolisme maka kebutuhan akan oksigen semakin meningkat. Jika ibu kekurangan Fe maka pembentukan Hemoglobin terhambat, sementara hemoglobin berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Apabila janin mengalami kekurangan oksigen, janin akan beradaptasi dengan mengubah aktivitas metaboliknya agar dapat bertahan hidup. Perlambatan pertumbuhan dan penurunan pengeluaran energi merupakan bagian dari adaptasi ini. Oleh karena itu defisiensi Fe dapat berakibat abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, kematian intrauterin, berat badan bayi rendah, dan cacat bawaan.
Pada saat persalinan yang juga terjadi peningkatan metabolisme kekurangan Fe dapat berakibat inersia uteri dan atonia uteri. Begitu juga pada saat nifas, kekurangan Fe dapat berakibat meningkatkan infeksi nifas.
Kesimpulan
ü Anemia à kadar Hb kurang dari 12 g/dl untuk wanita tidak hamil dan 11 g/dl untuk wanita hamil pada trimester pertama dan ketiga dan 10,5 g/dl pada trimester kedua.
ü Anemia di golongkan menjadi anemia ringan jika Hb 9-10 g/dl, anemia sedang jika Hb 7-8 g/dl dan anemia berat jika Hb kurang dari 7 g/dl.
ü Anemia defisiensi besi (ADB) adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam sel darah berada dibawah normal, yang disebabkan karena kekurangan zat besi
ü Kurang zat besi diakibatkan oleh Hipervolemi, kebutuhan zat besi meningkat, kurangnya zat besi dalam makanan, dan perdarahan
ü Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi janin dan ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas

Infeksi Genitalia dan Alat Kandungan (Pelviksitis, Servisitis, Adneksitis dan Salpingitis)

A. Pelviksitis
1. Pengertian
Peradangan pada organ-organ pelvis
2. Penyebaran
· Dari serviks melalui rongga endometrium ke dalam endosalping
· Jalur vena dan saluran getah bening dari ligamentum
3. Inveksi pelvis dibagi dalam tiga kategori
· Terjadi setelah kuretase, post abortus dan postpartum
· Post operasi
· Inveksi pelvis pada pasien tidak hamil à diawali PMS
4. Tanda gejala
Gejala muncul setelah siklus menstruasi penderita mengeluh nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai mual muntah. Gejala lain
· Keputihan berwarna dan berbau tidak normal
· Demam lebih dari 370C
· Spotting

· Dismenore
· Dispareunia à nyeri saat berhubungan seksual
· Postcoital bleeding
· Nyeri punggung bagian bawah
· Kelelahan
· Nafsu makan berkurang
· Poliuria
· Disuria
5. Diagnosa
Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik yang dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainya dilakukan
· Pemeriksaan darah lengkap
· Pemeriksaan cairan dari serviks
· Kuldosintesi
· Laparaskopi
· USG panggul
6. Penanganan
Pelviksitis tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotik dan penderita tidak perlu dirawat. Jika terjadi komplikasi/ penyebaran infeksi maka penderita harus dirawat di RS.
Jika tidak ada respon terhadap pemberian obat antibiotik, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Pasangan penderita juga sebaiknya menjalani pengobatan secara bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika melakukan hubungan seksual pasangan penserita sebainya menggunakan kondom.
B. Serviksitis
1. Pengertian
Infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada gonorea dan infeksi post baortus atau post partum yang disebabkan oleh streptokokus, stapilokokus dan lain-lain.
2. Tanda gejala
Serviks merah dan membengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulen
3. Penanganan
Pengobatan dilakukan agar penyakit benar-benar teratasi tidak menjadi servisitis kronika
4. Servisitis kronika
Servisitis yang menahun menjadi kronis. Beberapa gambaran patologis dapat dikemukakan
· Serviks kelihatan normal, tidak menimbulkan gejala kecuali sekret yang agak putih kuning
· Pada portio di daerah orifisium eksternum tampak kemerahan
· Sobekan pada serviks lebih luas dan mmukosa endoserviks lebih kelihatan dari luar. Jika terjadi terus menerus serviks bisa hipertrofi dan mengeras
5. Pengobatan
Kauterisasi radial. Jaringan yang meradang dalam dua mingguan diganti dengan jaringan sehat. Jika laserasi serviks agak luas perlu dilakukan trakhelorania. Pinggir sobekan dan endoserviks diangkat, lalu luka baru dijahit. Jika robekan dan infeksi sangat luas perlu dilakukan amputasi serviks.
C. Adneksitis
1. Pengertian
Radang pada tuba falopi dan ovarium yang terjadi secara brsamaan
2. Penyebab
· Infeksi menjalar keatas dari uterus. Bisa juga melalui darah
· Akibat tindakan (pos kuretase, post pemasangan IUD)
· Perluasan radang yang letaknya tidak jauh seperti apendiksitis
3. Tanda gejala
· Demam
· Laukositis
· Nyeri di sebelah kanan dan kiri uterus
4. Penanganan
· Tirah baring
· Perawatan umum
· Pemberian antibiotik dan analgetik
5. Pembedahan perlu dilakuan jika
· Jika terjadi ruptur atau abses ovarium
· Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan
· Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan adneksitis akuta
D. Salpingitis
1. Pengertian
Peradangan pada tuba fallopii
2. Tanda dan gejala
Ibu mengeluh/merasa
Nyeri perut bagian bawah
Perdarahan pervaginam diantara waktu menstuasi
Keputihan
Gejala penyerta seperti, demam/menggigil, anoreksia, nausea, vomitus, disuria, poliuria
Menstruasi meningkat jumlah dan lamanya
Ada riwayat kontasepsi AKDR
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum
Suhu biasanya meningkat
Tekanan darah normal
Denyut nadi cepat
Pemeriksaan abdomen
Nyeri perut bawah
Nyeri lepas
Rigiditas otot
Bising usus menurun
Distensi abdomen
Pemeriksaan inspekulo
Tampak sekret purulen di ostium serviks
4. Pemeriksaan laboratorium
Leukosit cenderung meningkat
5. Penanganan
Berobat jalan
Jika keadaan umum baik, tidak demam
ü Berikan antibiotik
Cefotaksitim 2 gr IM atau
Amoksisilin 3 gr peroral atau
Ampisilin 3,5 per os atau
Prokain ampisilin G dalam aqua 4,8 juta unit IM pada 2 tempat
Masing-masing disertai dengan pemberian probenesid 1gr per os
Diikuti dengan
Dekoksisiklin 100 mg per os dua kali sehari selama 10-14 hari
Tetrasiklin 500 mg per os 4 kali sehari
(dekoksisilin dan tetrasiklin tidak digunakan untuk ibu hamil)
ü Tirah baring
ü Kunjungan ulang 2-3 hari atau jika keadaan memburuk
Rawat inap
Jika terdapat keadaan-keadaan ynag mengancam jiwa ibu
Kesimpulan
Pelviksitis adalah radang pada organ pelvis. Dengan gejala nyeri pada perut bagian bawah, Keputihan, Demam lebih dari 370C, Spotting dan dismenore, Dispareunia dan postcoital bleeding, Nyeri punggung bagian bawah, Kelelahan dan nafsu makan berkurang, Poliuria dan disuria
Servisitis adalah radang pada serviks dengan tanda Serviks merah dan membengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulen
Adneksitis adalah radang pada adneksa dengan tanda Demam, Laukositis, Nyeri di sebelah kanan dan kiri uterus
Salpingitis adalah radang pada adneksa dengan tanda Nyeri perut bagian bawah, Perdarahan pervaginam diantara waktu menstuasi, Keputihan, Gejala penyerta seperti, demam/menggigil, anoreksia, nausea, vomitus, disuria, poliuria, Menstruasi meningkat jumlah dan lamanya, Ada riwayat kontasepsi AKDR

Myoma Uteri (Penyakit Kandungan)

A. PENGERTIAN
Myoma uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan komposisi jaringan ikat. Nama lain : leiomioma uteri dan fibromioma uteri, pada mulanya tumbuh sebagai bibit kecil didalam mimetrium dan lambat laun akan membesar. Frekuensi tumor sukar ditentukan secara tepat karena tidak semua penderita dengan myoma uteri datang ketempat pengobatan karena banyak diantara mereka yang tidak mempunyai keluhan apa-apa. Myoma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche dan sekitar 10 % myoma uteri merupakan penyakit pada alat-alat genetalia.

B. ETIOLOGI
Walaupun jelas myoma uteri berasal dari otot polos uterus, namun kurang diketahui faktor-faktor yang menyebabkan tumbuhnya tumor dari otot-otot tersebut. Banyak peneliti yang mengatakan teori stimulasi oleh estrogen, sebagai faktor etiologi dimana stimulasi dengan estrogen ini mengakibatkan :
a) Myoma Uteri seringkali tumbuh lebih cepat pada masa-masa hamil.
b) Neoplasma tidak pernah ditemukan sebelum menarche
c) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersamaan dengan myoma uteri
Namun teori ini banyak diragukan dengan alasan jika benar stimulasi dengan estrogen menjadi penyebab timbulnya myoma uteri, mengapa tidak pada semua wanita dalam masa reproduksi terdapat neoplasma ini, melainkan hanya 20 % saja.
Meyer dan De Sno mengusulkan teori Cell Nest atau teori Genito Blast, yang diperkuat lagi oleh percobaan Meyer dan Lipsschutz yang menyebutkan bahwa terjadinya myoma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada sel nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen ( Sarwono Prawirohardjo , 1982 ; 282).

C. PATOLOGI ANATOMI
Dikenal dua tempat myoma uteri yaitu pada serviks uteri hanya 1 – 3 % dan sisanya pada korpus uteri. Myoma uteri dapat dibedakan sesuai dengan tempat dimana tumor tersebut tumbuh, yaitu :
1. Myoma Submukosum
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus, myoma ini kadang-kadang dapat tumbuh terus dalam cavum uterus dan berhubungan dengan dinding uterus dengan tangkai sebagai polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks dan sebagian kecil atau besar memasuki vagina yang disebut Myomgeburt.
2. Myoma Intramural
Myoma ini terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium sehingga dapat menyebabkan pembesaran uterus.
3. Myoma Subserosum
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Myoma ini dapat tumbuh diantara kedua ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter dan dapat tumbuh pula pada jaringan lain misalnya ligamentum atau omentum dan apabila tangkainya terputus karena trombosis atau nekrosis, maka mioma ini akan membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut Wandering / Parasitic Fibroid.
Besar uterus tergantung kepada besar myoma masing-masing, berat uterus bisa sampai 5 kg atau lebih. Didalam uterus mungkin ada satu myoma, akan tetapi jumlahnya banyak sekitar 5 sampai 30 saja, pernah ditemukan sebanyak 200 myoma dalam satu uterus.
Jika ada myoma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri, maka korpus tampak bundar dan konsistensi padat dan bila terdapat banyak myoma maka uterus terlihat seperti ada benjol-benjol dengan konsistensi padat, kadang kala bila terletak pada dinding depan uterus myoma dapat menonjol kedepan, sehingga sering menimbulkan keluhan miksi. Myoma uteri lebih banyak ditemukan pada multipara atau pada wanita infertilitas relatif, tidak jelas apa yang menyebabkan infertilitas itu. Myoma uteri jarang ditemukan pada wanita dibawah umur 40 tahun keatas.

D. PERUBAHAN SEKUNDER MYOMA
1. Atropi
Setelah menopause dan rangsangan estrogen hilang atau sesudah kehamilan myoma uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi hyaline
Perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut, tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen, jaringan ikat bertambah, berwarna putih dan keras, disebut “myoma durum”
3. Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma.
4. Degenerasi membatu (calcareous degeneration )
Terjadi pada wanita usia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras.
5. Degenerasi Merah (Carneus Degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas, diperkirakan karena suatu nekrosis sub akut sebagai gangguan vaskularisasi. Degenarasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
6. Degenerasi Lemak
Jarang terjadi dan merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
E. GEJALA DAN TANDA-TANDA
Hampir separuh kasus miomaGejala-gejala tergantung dari lokasi myoma, besarnya myoma dan perubahan-perubahan dalam myoma. Gejala-gejala dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Perdarahan tidak normal
Perdarahan ini sering bersipat Menorhoeragia mekanisme perdarahan ini tidak diketahui benar, akan tetapi faktor – faktor yang kiranya memegang peranan dalam hal ini ialah meluasnya permukaan endometrium dan gangguan dalam kontraktilitas miometrium. Perdarahan dapat pula bersifat metroragia yang bisa disebabkan mioma sub mukosum akan tetapi mungkin disebabkan oleh yang lain, seperti hiperplasia endometrium atau adenokarsinoma endometri.

2. Rasa Nyeri
Dapat terjadi apabila :
a) Mioma menyempitkan kanalis cervikalis
b) Mioma sub mukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim
c) Ada penyakit adneksa ( inflamasi pada tuba dan ovarium ) seperti adneksitis. Salpingitis ( inflamasi akut atau kronis pada tuba uterina ) oovoritis ( inflamasi pada ovarium )
d) Terjadi degenerasi merah atau putaran tangkai

3. Tanda-tanda Penekanan
Terdapatnya tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi myoma uteri. Tekanan bisa terjadi pada pada traktus urinarius, pada usus, dan pada pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap kandung kemih ialah distorsi dengan gangguan miksi dan terhadap ureter bisa menyebabkan hidro ureter. Tekanan pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan nyeri defekasi. Tekanan terhadap pembuluh-pembuluh darah dalam panggul dapat menyebabkan pembesaran pembuluh-pembuluh vena, edema pada tungkai dan rasa nyeri pelvis.
4. Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi jika mioma intra mural menutup atau menekan pars interstisialis tuba, myoma submukosum memudahkan terjadinya abortus. Apabila ditemukan myoma pada wanita dengan keluaran infertilitas, harus dilakukan pemeriksaan yang seksama terhadap sebab-sebab lain dari infertilitas, sebelum menghubungkannya dengan adanya myoma uteri.

F. DAMPAK MYOMA UTERI TERHADAP KEHAMILAN DAN PERSALINAN
1. Mengurangi kemungkinan kehamilan karena endometrium kurang baik
2. Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi dari rongga uterus, khususnya pada myoma sub mukosum.
3. Dalam kehamilan myoma kadang-kadang sangat membesar sehingga menekan pada organ-organ sekitarnya.
4. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada myoma yang sub mukosum dan intramural.
5. Persalinan dapat terhalang apabila myoma yang terletak pada bagian bawah korpus uteri atau pada serviks merintangi turunnya kepala janin dalam rongga pelvis.

G. DAMPAK KEHAMILAN DAN PERSALINAN TERHADAP MYOMA UTERI
1. Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk dan mudah terjadi gangguan sirkulasi didalamnya, sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis ditengah tumor. Tumor tampak merah (degenarasi merah) atau tampak seperti daging (degenerasi karnossa).
2. Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri diperut yang disertai dengan gejala rangsangan peritonium dan gejala peradangan, walaupun dalam hal ini peradangan bersifat suci hama (steril). Lebih lagi komplikasi ini terjadi dalam masa nifas karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan sirkulasi yang dialami oleh wanita setelah bayi lahir.
3. Tumor tumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertropi dan edema, terutama dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormonal setelah kehamilan 4 bulan, tumor tidak bertambah besar lagi.
4. Myoma Sub Serosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat desakan uterus yang makin lama makin membesar.

H. DIAGNOSIS
Diagnosis myoma uteri dalam kehamilan biasanya tidak sulit, kadang-kadang penderita sendiri merasa adanya benda dalam rongga perut bagian bawah. Akan tetapi kadang-kadang diagnosis ini salah, terutama pada kehamilan kembar atau myoma kecil disangka bagian kecil janin. Dalam persalinan lebih menonjol waktu ada HIS sehingga mudah dikenal.
Myoma yang lunak dan tidak menyebabkan kelainan bentuk uterus sangat sulit untuk dibedakan dari uterus gravidarus. Bahkan pada laparatomi, sewaktu perut terbuka, kadang-kadang tidak mungkin untuk didiagnosis yang tepat. Dalam hal ini kerokan (biopsi) diagnostik sangat diperlukan, akan tetapi tindakan ini bisa menimbulkan kesulitan karena dengan adanya myoma, kavum uteri menjadi tidak lurus.

I. PENANGANAN / PENGOBATAN
Beck dan Whitehouse mengutarakan bahwa 55 % dari smua myoma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun. Oleh sebab itu, jika myoma uteri masih kecil dan tidak menimbulkan gejala dan khususnya bagi penderita yang mendekati masa menopause, pengobatan tidak diperlukan. Cukup dilakukan pemeriksaan pelvis secara rutin tiap 3 atau 6 bulan. Pada umumnya pada penderita myoma uteri tidak dilakukan operasi untuk mengangkat myoma dalam kehamilan. Demikian pula tidak dilakukan abortus provokatus. Apabila terjadi degenerasi merah pada myoma dengan gejala-gejala seperti diterangkan diatas, biasanya sikap konservatif dengan istirahat baring dan pengawasan yang ketat memberi hasi yang memuaskan.
1. Pengobatan Penunjang
Khusus sebagai penunjang pengobatan bagi penderita anemia karena hipermenorea, dapat diberikan ferrum, transfusi darah, diet kaya protein, kalsium dan vitamin C.

2. Pengobatan Operatif
a) Radiotherapy, pasangan radium, hormonal anti estrogen yang diberikan pada :
1) Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi
2) Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
3) Bukan jenis sub mukosa
4) Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
5) Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menimbulkan menopause
b) Myiomektomi
Myomektomi atau operasi pengangkatan myoma tanpa mengorbankan uterus dilakukan pada myoma intramural, myoma sub mukosum dan myoma sub serosum bertangkai atau jika fungsi uterus masih hendak dipertahankan, pada myoma sub mukosum yang dilahirkan dalam vagina, umumnya tumor dapat diangkat pervaginam tanpa mengangkat uterus. Operasi myomektomi :
1) Dilakukan bila masih menginginkan keturunan
2) Syaratnya harus dilakukan kuretage dulu, untuk menghilangkan kemungkinan keganansan
3) Kerugiannya :
a) Melemahkan dinding uterus
b) Rupture uteri pada waktu hamil
c) Menyebabkan perlekatan

c. Histerektomi
Jika myoma uteri perlu dioperasi, maka tindakan yang dilakukan adalah histerektomi, umumnya dilakukan histerektomi abdominal, akan tetapi jika uterusnya tidak terlalu besar dan apalagi jika terdapat pula prolapsus uteri, histerektomi vaginal dapat dipertimbangkan. Pad histerektomi, myoma pada serviks uteri perlu diperhatikan jalannya ureter. Operasi histerktomi dilakukan apabila :
1) Myoma uteri besarnya diatas 14 minggu kehamilan
2) Pada wanita muda sebaiknya ditinggalkan satu atau dua ovarium, maksudnya untuk :
a) Menjaga jangan terjadi menopause sebelum waktunya
b) Menjaga gangguan coronair/aterisklerosis umum.

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Klien dengan gangguan sistem reproduksi akan memberikan respon psikososial yang spesifik karena merupakan organ vital yang sangat privasi
Tahapan proses keperawatan
1. Pengkajian
Merupakan tahap awal dalam mengumpulkan data klien
a. Komunikasi dengan klien untuk validasi data
b. Menggunakan kalimat yang sederhana dan mudah dimengerti
c. Hati-hati dalam bertanya karena ada data-data yang sangat rahasia, seperti bagaimana pola hubungan seksual ibu
1) Pengumpulan data
a) Identitas
• Identitas Klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama pendidikan, pekerjaan diagnosa medis, alamat, No. Medrec
• Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan hubungan dengan klien.
b) Riwayat Kesehatan
(1) Keluhan Utama
• Nyeri (Jenis, Intensitas, waktu, durasi, daerah yang menyebabkan nyeri bertambah, atau berkurang), hubungan nyeri dengan menstruasi, seksualitas, fungsi urinaria, dan gastrointestinal.
• Perdarahan (pada saat kehamilan, setelah menopause, karakteristik, faktor pencetus, jumlah, warna, konsistensi)
• Pengeluaran cairan/secret melalui vagina (iritasi, gatal, nyeri, jumlah, warna, konsistensi)
• Masa (pada mamae, karekterisrik, hubungannya dengan menstruasi, kekenyalan, ukuran, nyeri dan pembesaran limfe)
• Keluhan fungsi reproduksi

(2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengembangan keluhan utama dengan PQRST

(3) Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah dialamai masa anak-anak, penyakit kronis pada masa dewasa, riwayat infertilitas, penyakit gangguan metabolisme/nutrisi, penggunaan obat-obatan radiasi yang lama, peradangan panggul, rupture appendik peritonitis.

(4) Riwayat Genito Reproduksi
Riwayat menstruasi, usia pertama menstruasi, siklus, durasi, jumlah darah yang keluar, dismenore.
• Jika menopause, mentruasi terakhir, gejala klimaksterium, pemeriksaan papsmear, pemeriksaan payudara, riwayat STDS
• Jika pernah hamil: waktu persalinan, metoda persalinan, komplikasi saat melahirkan.
• Aktivitas seksual : kekuatan respon seksual, rasa nyeri.

(5) Riwayat Kesehatan Keluarga
DM, kardiovaskuler, kehamilan kembar, kanker, gangguan genetik, kongenital.

c) Pemeriksaan Fisik
(1) Secara umum: tinggi badan berat badan bentuk, system pernafasan, system kardiovaskuler, sistem persarafan.
(2) Secara khusus:
(a) Pemerikasaan payudara: ukuran, kesimetrisan, massa, retraksi jaringan parut, kondisi puting susu.
(b) Pemeriksan abdomen : adanya masa abdominopelvic
(c) Genetalia eksterna : inpeksi dan palpasi dengan posisi litotomi bertujuan mengkaji kesesuaian umur dengan perkembangan sistem reproduksi, kondisi rambut pada simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa vulva, tanda-tanda peradangan, bengkak dan pengeluaran cairan vagina.
(d) Pelvis : dengan mengunakan spekulum dilakukan inpeksi servik yaitu warna, bentuk, dilatasi servik, erosi, nodul, masa, cairan pervaginam, perdarahan, lesi atau luka. Setelah spekulum dilepas dapat dilakukan pemeriksaan bimanual yaitu : memasukan dua jari kedalam vagina untuk pemeriksaan dinding posterior vagina ( adanya masa, ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas uterus, mobilitas ovarium, adneksa).
(e) Pemeriksaan rectum dan rekto vagina.
d) Status sosial ekonomi :
Tempat Tanggal lahir, lingkungan, posisi dalam keluarga, pendidikan, pekerjaan, sumber stress, situasi financial, aktivitas dan support system.
e) Pemeriksaan Penunjang
(1) Pemeriksaan Diagnostik :
(a) Papsmear : untuk mengetahui keadaan servik
(b) Sistoskopi dan intravena pielogram : untuk mengetahui kandung kemih.
(c) MRI / CT Scan abdomen : untuk menilai penyebaran dari tumor
(2) Pemeriksaan Hematologi
(3) Pemeriksaan EKG dan Rontgen

2) Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infiltrasi sel Tumor ke saraf
b) Gangguan rasa aman : Cemas
c) Gangguan Eliminasi
d) Intoleransi terhadap aktivitas

3) Perencanaan
a) Diagnosa Keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infiltrasi sel Tumor ke saraf.
(1) Intervensi :
Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan, perhatikan isyarat verbal dan non verbal
Rasional :
Membantu membedakan karakteristik khusus dan nyeri
(2) Intervensi :
Latih dan berikan informasi cara untuk mengatasi nyeri
Rasional :
Meningkatkan pemecahan masalah sehingga membantu mengurangi nyeri

(3) Intervensi
Atur posisi tidur senyaman mungkin
Rasional :
Meningkatkan kenyamanan
(4) Intervensi
Anjurkan penggunaan relaksasi nafas dalam dan distraksi
Rasional :
Relaksasi otot dan mengalihkan perhatian sehingga dapat mengurangi nyeri.
b) Diagnosa Keperawatan : Gangguan rasa aman : Cemas berhubungan dengan
(1) Intervensi :
Berikan penjelasan tetang proses penyakit
Rasional :
Agar klien mengetahui penyakit yang dideritanya
(2) Intervensi :
Jelaskan setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan
Rasional :
Memberikan pengertian pemahaman terhadap setiap tindakan yang akan dilakukan
(3) Intervensi :
Berikan motivasi pada klien untuk kesembuhannya
Rasional :
Membangun kepercayaan diri untuk segera sembuh
(4) Intervensi :
Anjurkan klien untuk lebih banyak berdoa
Rasional :
Memperkuat aspek psikologis klien dan menambah keyakinannya akan proses pengobatan.

c) Diagnosa Keperawatan : Gangguan Eliminasi urine ; poliuria berhubungan dengan kapasitas blader berkurang akibat penekanan dari myoma
(1) Intervensi :
Jelaskan penyebab
Rasional :
Klien mengerti penyebab poliuri
(2) Intervensi :
Anjurkan BAK secara terjadwal
Rasional :
Mebiasakan BAK secara terjadwal
d) Diagnosa Keperawatan : Intoleransi terhadap aktivitas
(1) Intervensi :
Kaji tingkat kemampuan klien beraktivitas
Rasional :
Perawat dapat merencanakan tindakan perawatan mandiri pada klien dan dibantu oleh perawat
(2) Intervensi :
Ukur tanda-tanda vital tiap 4 jam
Rasional :
Perawat dapat mengukur tingkat kemampuan klien
(3) Intervensi :
Bantu klien untuk personal hygiene : mandi, sikat gigi, dan kebersihan vulva
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya infeksi
(4) Intervensi :
Anjurkan pada klien untuk makan – makanan yang bergizi
Rasional :
Mencegah terjadinya anemia akibat perdarahan

4) Pelaksanaan
Pada tahap ini perawat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun. Setelah melakukan tindakan keperawatan kemudian perawat mendokumentasikan semua tindakan keperawatan sesuai dengan waktu, tempat, dan ditanda tangani. Hal ini sebagai pertanggungjawaban dan pertanggung gugatan perawat untuk menghindari liabilitas.

5) Evaluasi
Mengukur sejauh mana klien mencapai tujuan yang spesifik dari rencana keperawatan , identifikasi faktor-faktor posisif dan negatif yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan, revisi rencana perawatan dilakukan secara berkesinambungan, adanya modifikasi atau terminasi perawatan.

Daftar Pustaka :
( Sarwono Prawirohardjo , 1982 ; 282).